Minggu, 04 Juli 2010

TIDAK AKAN MASUK NERAKA ORANG YANG MENANGIS KERANA TAKUTKAN ALLAH

Rasulullah S.A.W telah bersabda, "Bahawa tidak akan masuk neraka orang menangis kerana takut kepada Allah sehingga ada air susu kembali ke tempat asalnya."
Dalam sebuah kitab Daqa'iqul Akhbar menerangkan bahawa akan didatangkan seorang hamba pada hari kiamat nanti, dan sangat beratlah timbangan kejahatannya, dan telah diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam neraka.
Maka salah satu daripada rambut-rambut matanya berkata, "Wahai Tuhanku, Rasul Engkau Nabi Muhammad S.A.W telah bersabda, sesiapa yang menangis kerana takut kepada Allah S.W.T, maka Allah mengharamkan matanya itu ke neraka dan sesungguhnya aku menangis kerana amat takut kepada-Mu."

Akhirnya Allah S.W.T mengampuni hamba itu dan menyelamatkannya dari api neraka dengan berkat sehelai rambut yang pernah menangis kerana takut kepada Allah S.W.T. Malaikat Jibril A.S mengumumkan, telah selamat Fulan bin Fulan sebab sehelai rambut."
Dalam sebuah kitab lain, Bidayatul-Hidayah, diceritakan bahawa pada hari kiamat nanti, akan didatangkan neraka jahanam dengan mengeluarkan suaranya, suara nyalaan api yang sangat menggerunkan, semua umat menjadi berlutut kerana kesusahan menghadapinya. Allah S.W.T berfirman yang bermaksud, "Kamu lihat (pada hari itu) setiap umat berlutut (yakni merangkak pada lututnya). Tiap-tiap umat diseru kepada buku amalannya. (Dikatakan kepadanya) Pada hari ini kamu dibalasi menurut apa-apa yang telah kau kerjakan." (Surah al-Jatsiyah ayat 28)

Sebaik sahaja mereka menghampiri neraka, mereka mendengar kegeraman api neraka dengan nyalaan apinya, dan diterangkan dalam kitab tersebut bahawa suara nyalaan api neraka itu dapat didengar sejauh 500 tahun perjalanan. Pada waktu itu, akan berkata setiap orang hingga Nabi-nabi dengan ucapan, "Diriku, diriku (selamatkanlah diriku Ya Allah) kecuali hanya seorang nabi sahaja yang akan berkata, "Umatku, umatku."
Beliau ialah junjungan besar kita Nabi Muhammad S.A.W. Pada masa itu akan keluarlah api neraka jahim seperti gunung-gunung, umat Nabi Muhammad berusaha menghalanginya dengan berkata, "Wahai api! Demi hak orang-orang yang solat, demi hak orang-orang yang ahli sedekah, demi hak orang-orang yang khusyuk, demi hak orang-orang yang berpuasa, supaya engkau kembali."

Walaupun dikata demikian, api neraka itu tetap tidak mahu kembali, lalu malaikat Jibril berkata, "Sesungguhnya api neraka itu menuju kepada umat Muhammad S.A.W"
Kemudian Jibril membawa semangkuk air dan Rasulullah meraihnya. Berkata Jibril A.S. "Wahai Rasulullah, ambillah air ini dan siramkanlah kepadanya." Lalu Baginda mengambil dan menyiramkannya pada api itu, maka padamlah api itu.
Setelah itu Rasulullah S.A.W pun bertanya kepada Jibril A.S. "Wahai Jibril, Apakah air itu?" Maka Jibril berkata, "Itulah air mata orang derhaka di kalangan umatmu yang menangis kerana takut kepada Allah S.W.T. Sekarang aku diperintahkan untuk memberikannya kepadamu agar engkau menyiramkan pada api itu." Maka padamlah api itu dengan izin Allah S.W.T.

Telah bersabda Rasulullah S.A.W, " Ya Allah anugerahilah kepada kami dua buah mata yang menangis kerana takut kepada-Mu, sebelum tidak ditemunya air mata."

Silaturrahmi memperpanjang umur

Suatu hari malaikat Izrail, malaikat pencabut nyawa, memberi tahu Nabi Daud a.s., bahwa si Fulan tinggal enam hari lagi akan dicabut nyawanya.

Jam berganti jam, hari berganti hari. Lewatlah deadline yang disampaikan oleh Izrail tentang si Fulan itu, tetapi nyatanya si Fulan itu masih tetap saja hidup terus. Maka, bertanyalah Nabi Daud kepada Izrail perihal kejadian ini.

“Mengapa si Fulan masih saja hidup terus, padahal engkau katakan beberapa hari yang lalu umurnya tinggal enam hari lagi, ya Izrail? Sekarang enam hari sudah berlalu sejak kau mengatakannya padaku, gerangan apakah ini?

Izrail memberi penjelasan kepada Nabi Daud. “Sebetulnya, aku sudah akan mencabut nyawanya tepat di hari yang aku katakan padamu itu. Tetapi, kemudian Allah memerintahkan kepadaku agar menunda dulu hal itu.”

“Mengapa demikian, ya Izrail?”

“Sejak hal itu aku katakan kepadamu, si Fulan tampak rajin menyumbang tali persaudaraan dengan sesama saudaranya yang sudah putus. Karena itu, Allah memberi tambahan umur selama 20 tahun kepadanya.”

Sumber: Mutiara Hikmah dalam 1001 Kisah

PRAHARA KEMATIAN

Pada zaman dahulu kala diceritakan ada seorang guru sufi memiliki enam puluh murid. Karena kedekatannya, sang guru pun hafal benar dengan kamampuan masing-masing muridnya. Pada suatu sore sang guru merasa bahwa saatnya untuk melakukan pengembaraan (safar) sudah tiba bagi murid-muridnya.

Lalu sang guru sufi mengumpulkan semua murid-muridnya. Dia ingin menyampaikan rencananya untuk melakukan tahapan pengembaraan.

“Sekarang saatnya kita harus melakukan pengembaraan jauh. Akan ada sebuah kejadian disepanjang perjalanan yang akan menimpa kita. Aku sendiri tidak tahu, apa itu. Dan kalian aku pikir sudah cukup paham untuk memasuki tahapan –maqam- ini,” demikian urai sang guru sufi, “Tapi ada satu hal yang harus kalian ingat, yakni perkataan ini: ‘Aku harus mati demi sang sufi’. Bersiaplah untuk meneriakkannya pada waktunya nanti. Dan aku akan mengangkat tanganku sebagai tanda,” lanjut sang guru sufi.

Para murid mulai berbisik-bisik satu sama lain. Mereka begitu heran dan khawatir, apa maksud dari perkataan gurunya? Ada kecurigaan menyelimuti mereka.

“Guru tahu bahwa kelak akan terjadi peristiwa tragis, dan dia siap mengorbankan kita semua. Guru tidak ingin mengorbankan dirinya sendiri,” kata seseorang dari mereka.

Salah seorang yang lain mencoba berani berkata: “Guru mungkin membuat rencana jahat. Boleh jadi itu sebuah pembunuhan. Saya tidak akan melakukan syarat yang dikatakannya.”

Namun, akhirnya pengembaraan pun segera dijalankan. Satu demi satu muridnya bergerak. Dan setapak demi setapak pengembaraan terus dijelang.

Setelah berhari-hari melakukan pengembaraan, tibalah sang guru bersama murid-muridnya disebuah kota. Ketika sampai di kota itu, kota selanjutnya sudah dikuasai oleh seorang raja zalim.

Raja kejam dengan pasukannya yang kuat menangkapi semua orang yang masuk ke kota itu. Dan siapa pun harus dipenggal karena dianggap melanggar peraturan yang dibuatnya sendiri.

Raja kejam itu ketika melihat rombongan sang guru sufi kemudian memerintahkan pasukannya agar menangkap mereka, “Tangkap orang yang lemah lembut itu dan bawa dia untuk diadili di tengah-tengah alun-alun kota. Aku ingin menghukumnya sebagai seorang penjahat”.

Tidak ada kalimat yang terucap, kecuali: “siaa…ap, paduka raja!” Mereka kemudian menangkapi orang-orang yang ada di jalanan. Salah seorang murid guru sufi kemudian tertangkap.

Namun kemudian sang guru sufi mengikuti muridnya yang dibawa oleh tentara itu menuju rajanya. Genderang ditabuh; suasana riuh. Dan orang-orang penduduk kota pun semua berkumpul. Mereka paham kalau genderang yang didengar adalah isyarat kebiadaban dan kematian.

Lalu sang murid itu dilempar ke hadapan sang raja, dan sang raja berkata: “Sebagai contoh, kamu akan saya hukum sebagai seorang penjahat, agar penduduk tahu kalau saya tidak akan membiarkan pemberontakan dan pelarian.”

Namun, tiba-tiba sang guru berteriak dengan suara lantang: “Terimalah hidupku, wahai raja yang mulia, sebagai pengganti hidup pemuda yang tidak bersalah ini! Aku lah yang sebenarnya harus dihukum, karena aku lah yang mengajak dia mengembara!”

Pada waktu yang bersamaan, sang guru sufi itu mengangkat tangan kanannya. Lalu pekik menyahut membahana, seperti yang sudah diajarkan sebelumnya: “Izinkan kami saja yang mati sebagai ganti guru sufi kami itu”

Raja menjadi kaget dan keheranan. Lalu dia berpaling ke arah penasihat dan bertanya: “Orang macam apa mereka? Kenapa mereka berebut kematian? Jika ini yang dimaksud kepahlawanan, apakah ini tidak berarti sedang memprovokasi penduduk untuk melawan aku? Beri tahu aku penasehat, Apa yang harus aku lakukan?” tanya sang raja, dicekam kebingungan.

“Wahai raja, kalau ini dianggap sebagai kepahlawanan, maka kita harus bertindak kejam agar penduduk takut dan hilang keberaniannya! Tapi, saya kira tidak salah kalau saya lebih dahulu bertanya kepada guru mereka,” kata sang penasehat kepada raja.

Dan ketika ditanya, sang guru sufi menjawab: “Baginda yang mulia, telah diramalkan bahwa seorang manusia akan mati hari dan di sini. Orang itu akan mati dan hidup lagi. Lalu dia akan hidup abadi. Makanya aku dan murid-muridku ingin sekali menjadi orang itu.”

Lalu tiba-tiba kerakusan dalam diri sang raja pun berbisik dalam hatinya: “Kenapa harus orang lain yang mendapatkan keabadian? Kenapa aku membiarkan orang lain untuk mendapatkan keabadian itu! Bodoh sekali aku.”

Dan entah bagaimana sejenak kemudian raja memerintahkan pengawalnya agar segera membunuh dirinya untuk menyongsong keabadian itu. Akhirnya raja yang zalim dan rakus akan kekuasaan itu harus mati demi keabadian.

MEMBALAS BUDI ALMARHUM ORANG TUA

Setiap anak yang ditinggalkan orang tua-nya pasti akan merasa sangat kehilangan. Dan anak yang berbakti kepada orang tua-nya akan sangat kehilangan kesempatan, karena belum bisa maksimal untuk memuliakan orang tua semasa hidupnya. Kita boleh bersedih, kita boleh kehilangan, kita juga boleh menyesali karena belum bisa berbuat yang terbaik kepada orang tua semasa beliau masih hidup. Tetapi semua itu jangan dilakukan terlalu lama, ada banyak hal bermanfaat yang masih bisa kita lakukan sebagai bukti bakti kita kepada beliau.

Ada tuntunan melalui pelajaran berharga dari sang Nabi SAW, bahwa seluruh amal kebaikan manusia terhenti begitu wafat, kecuali 3 hal. Artinya, seseorang yang telah wafat tak bisa lagi berbuat sesuatu yang dapat menghasilkan pahala, kecuali dikarenakan adanya 3 hal. Yaitu : shadaqah jariyah,atau amal jariyah.

Misalnya, kita seseorang membiayai pembangunan tempat ibadah, sekolah, atau sarana umum lainnya dimana selama bangunan itu dipakai dan berguna bagi khalayak umum, maka pahala mengalir terus kepada orang yang bershadaqah itu, sekalipun orangnya telah wafat.

Yang kedua adalah ilmu yang bermanfaat. Setiap ilmu (pengetahuan) yang bermanfaat bagi orang lain akan terus menghasilkan pahala bagi orang yang memberinya. Pokoknya selama ia bermanfaat.

Yang ketiga adalah anak saleh yang selalu mendoakan orang tuanya. Doa seorang anak kepada orang tuanya, baik yang masih hidup maupun sudah wafat, akan terus menghasilkan pahala bagi orang tua yang mendidiknya.

Kita punya kesempatan ketiga hal di atas. Jika memang Kita merasa bersalah kepada orang tua, kita bisa mendoakannya setiap saat terutama selesai melakukan kebaikan atau ibadah kepada Yang Maha Kuasa, doanya antara
lain :

Tuhanku, ampunilah kedua orang tuaku dan kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka mendidikku sewaktu kecil. Kita bisa berdoa menggunakan bahasa Indonesia, bahasa daerah atau bahasa apapun yang kita mengerti makna-nya, Tuhan pasti mengerti. Doa-doa ini sebaiknya kita mintakan setiap habis sembahyang atau setiap setelah berbuat kebaikan.

Yang juga bisa kita lakukan adalah, kita bershadaqah, berapapun nilainya, sekalipun cuman 1000 rupiah, dan niatkan bahwa shadaqah itu atas nama orang tua kita. Mohonkan kepada Yang Maha Kuasa bahwa pahalanya buat orang tua kita.

Kita juga bisa mengingat kembali siapa-siapa saja famili saudara orang tua kita, maka dekatilah mereka semua, berbaik-baiklah kepada mereka. Bukan hanya famili orang tua kita saja, tetapi juga teman dekatnya, semuanya kita
kasihi, sebagaimana kita mengasihi orang tua kita.

Dengan jalan-jalan itu, yakinlah bahwa INSYA ALLAH, kita akan dibukakan jalan terbaik dalam hidup ini, dan arwah orang tua kita akan selalu bahagia di alamnya sana.

BAHAN RENUNGAN

Pertama sekali biar aku perkenalkan diriku. Namaku ISLAM. Aku sudah lama diyatim piatukan. Dulu, ada orang yang menjaga aku. Namanya SAHABAT NABI. Kemudian, selepas sahabat nabi meninggal semuanya, aku telah dipelihara oleh TABI’IN dan TABI’UT TABI’IN. Sekarang, mereka sudah meninggalkan dunia. Aku sudah tidak ada tempat lagi di hati manusia.

Aku sedih sebab di jaman ini sudah tidak ada lagi manusia yang sanggup menjaga aku, menjaga kebajikan aku. Aku kesepian sendiri tak berteman. Hatiku bertambah pilu, Allah saja yang tahu. Entah kepada siapa lagi aku bermanja….

Jika aku pergi kepada orang kaya, Ah, aku sibuk, mana ada waktu untuk membela ISLAM ?? Jika aku mencari simpati dengan orang miskin, Aku sendiri tak kecukupoan, bagaimana aku membela ISLAM ?? Jika aku pergi kepada pelajar, katanya Aku sibuk dengan pelajaran, mana ada waktu untuk menjaga ISLAM ???

Sekarang, siapa lagi yang ingin mengambil aku ???

Aku pernah bahagia ketika ada yang bersungguh sungguh mengadopsiku. Kusangkakan panas hingga petang, rupanya turun hujan tengah hari. Ternyata kesungguhan itu hanya pura-pura. Aku dibawa kemana-mana lantaran keuntungan yang hendak diraihnya dariku. Banyak yang membawa namaku untuk mencari keuntungan, bahkan aku dijualnya. Akhirnya aku tahu. Hakekatnya hanya namaku yang mereka manfaatkan. Mereka tidak memeliharaku dengan sungguh-sungguh. Aku tetap diabaikan.

Tuan (engkau) yang membaca tulisan ini, bersimpatikah dengan aku yang yatim ini ??? Tuan, bantulah saya, kasihanilah saya. Saya sedih karena ditinggalkan oleh manusia. Jika tuan sudi menerima saya sebagai teman hidup tuan, cari saya dalam buku panduan yaitu AL-QUR’AN. Untuk info tambahan saya, silahkan rujuk kepada SUNNAH NABI.

Alangkah bahagianya saya dan tuan seandainya tuan juga mengajak orang lain menjaga saya. Saya akan membalas segala jasa baik tuan di akhirat nanti, dan saya senantiasa mendoakan agar Allah yang maha perkasa itu akan membalas jasa baik tuan..

Aku Yang Merana

(ISLAM)

Rasulullah saw. bersabda: “Islam bermula dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali menjadi sesuatu yang asing. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu.” (HR Muslim no. 145)

Sabtu, 03 Juli 2010

Jangan Jadi Korban Mode 'Berpakaian Tapi Telanjang'

Assalammualaikum.Wr.Wb

Saat ini banyak banget muslimah yang sudah menutup aurat. Di satu sisi, senang sih karena itu artinya syariat Islam sudah bisa diterima oleh masyarakat Indonesia. Kerudung dan jilbab menjadi pemandangan umum dan tak lagi dipandang aneh seperti yang terjadi belasan tahun lalu. Namun di sisi lain, ada banyak pemandangan tak sedap berkaitan dengan fenomena muslimah berjilbab ini.

Berpakaian tapi telanjang. Rasulullah pernah ‘meramalkan’ akan datangnya zaman ini. Maksudnya apa tuh? Berpakaian sih berpakaian, tapi seluruh lekuk liku tubuh pemakainya terlihat semua. Mulai dari celana legging yang ketat sehingga membentuk (maaf) underwear hingga kaos transparan yang jelas-jelas menunjukkan ukuran bra seseorang. Parahnya, di atas kepala menutup rambutnya ada sehelai kain yang dililitkan ke leher sehingga seringkali kalung dan anting-antingnya terlihat.

Sedih tentunya melihat pemandangan seperti di atas itu. Gimana enggak, bila fungsi pakaian yang seharusnya adalah menutupi aurat malah digunakan sebaliknya. Kerudung yang seharusnya menjadi identitas seorang muslimah, disalahgunakan pada potongan yang jelas-jelas malah bertentangan dengan definisi menutup aurat sendiri. Tak jarang orang mencibir tentang karena salah paham tentang fenomena muslimah berjilbab. Padahal jelas-jelas, mereka sangat jauh dari definisi berjilbab yang dimaksud oleh Islam.

"…Kerudung yang seharusnya menjadi identitas seorang muslimah, disalahgunakan pada potongan yang jelas-jelas malah bertentangan dengan definisi menutup aurat sendiri…

ternyata belum tahu bagaimana seharusnya seorang muslimah berpakaian. Mereka ini hanyalah korban mode (kormod) yang sekarang lagi ngetren dipraktikkan banyak selebritis tanah air. Karena blow up media yang terus-menerus, akhirnya gaya berpakaian asal para selebritis itu lengkap dengan kerudungnya dijadikan panutan oleh masyarakat kita.

Sobat muda muslimah, semoga kamu bukan menjadi bagian dari mereka yang kormod itu. Di mana-mana yang namanya korban pasti nggak enak banget. Lebih baik kamu menjadi pelopor di tengah-tengah temanmu dengan tampil beda. How? Pakailah pakaian muslimah yang syar’i atau yang sesuai dengan apa maunya Islam. Coba kamu buka Al-Qur'an surat Al Ahzab 59 dan An-Nur 31. Di sana ada tuh, perintah dari Allah tentang bagaimana seharusnya muslimah menutup aurat.

Sedikit tentang kedua surat di atas yaitu perintah Qur’an sebagai firman Allah agar para muslimah itu menutup aurat dengan kerudung dan jilbab. Kerudung adalah kain yang menutupi rambut, telinga, leher dan menjulur hingga ke dada untuk menutupi ‘perhiasan alami’ kita. Sedangkan jilbab adalah baju longgar tanpa potongan di tengah menjulur hingga mata kaki dan sebagai baju luar menutup baju dalam yang biasa dipake ketika di dalam rumah. Kalo kamu ragu, bisa tuh dicek di kamus bahasa Arab yang kompatibel alias terpercaya untuk definisi jilbab.

" …So muslimah, berpakaianlah sebagaimana seharusnya seorang perempuan muslim itu berpakaian. Gak usah aneh-aneh sok ikutan mode tapi malah kesannya telanjang…

Nah, moga aja sedikit penjelasan ini membuat kamu makin cerdas tentang definisi kerudung dan jilbab. Juga paham bagaimana seharusnya muslimah itu berpakaian yang layak menurut Qur’an, bukan semaunya sendiri ikut-ikutan selebritis. Jangan sampai kamu turut ambil bagian menjadi perempuan yang berpakaian tapi telanjang. Ih…naudzhubillah deh.

So muslimah, berpakaianlah sebagaimana seharusnya seorang perempuan muslim itu berpakaian. Gak usah aneh-aneh sok ikutan mode tapi malah kesannya telanjang. Setuju kan? Muslimah shalihah yang cerdas pasti gak nolak kan? Pasti itu. Sip deh ^_^

Wassalammualaikum.Wr.Wb

Generasi Bebek? Enggak Lah Yaw!!!

Kalau kita lihat fakta generasi sekarang, mereka pada suka bercermin dengan gaya artis yang lagi trend, mulai dari gaya pakaiannya, gaya dandanannya, uh.. pokonya funky abis deh. Begitu juga dengan momen-momen yang berbau kebarat-baratan seperti Valentine Day alias 'Hari Kasih sayang' atau pesta Helloween yang banyak dirayakan di Metropolis ini. Berbagai tempat hiburan mulai dari restoran sampai departement store menyuguhkan berbagai atraksi dan pernik valentine, dari acara bagi-bagi bunga 'Kasih sayang', pemilihan pasangan model valentine, jamuan makan, hingga pesta atau bentuk hiburan lainnya.
**********

Kita sendiri tidak pernah tahu sejak kapan budaya memperingati Valentine Day tersebut masuk ke negeri ini. Tapi yang jelas… seperti yang dimuat dihampir semua media massa dinegeri ini, ternyata tidak sedikit saudara-saudara kita yang juga merayakannya. Entah dengan kirim kartu-lah, kirim bunga-lah, bikin pesta-kah atau pergi berdua dengan "pasangannnya". Dan sepertinya ini sudah tradisi bagi remaja-remaja kita sekarang, termasuk di dalamnya para generasi muda Islam. Mereka dengan senang hati mengekor pada budaya 'yang konon katanya dari barat' itu tanpa pingin tau sebenarnya apa sih Valentine Day itu, bagaimana sih hukum ikut- ikutan merayakannya dalam Islam? Trus sebenarnya layak nggak sih kita terus-terusan mengekor budaya Barat? Dan yang terakhir, bagaimana caranya supaya kita tidak lagi jadi mengekor budaya Barat tersebut?! Ternyata faktanya memang membuktikan kalau remaja- remaja muslim sekarang ini banyak yang ngekor budaya Barat. Kiblat mode itu di Paris ya kita yang di sini juga ikut-ikutan sama mereka, kagak peduli meski model bajunya kayak suku paling primitif di negeri ini. Nggak cuman itu saja tapi budayanya pun diambil mentah- mentah) contohnya ya..budaya merayakan Valentine, Hallowen, Happy Birthday, Candis Night Dinner, pacaran, dll. justru kalau ada yang tidak mengekor dibilang kuno. Nah, sebenarnya mengekor seperti itu apa benar menurut Islam?

STANDAR PERBUATAN SEORANG MUSLIM
Nah….sebenarnya, sebagai seorang muslim yang sudah bersyahadat, bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, maka tentunya wajib bagi kita semua untuk senantiasa berusaha menjalankan segala apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Setiap kali kita melakukan perbuatan, kita wajib tahu bagaimana hukumnya sebelum kita melakukan perbuatan itu. Sebagaimana suatu kaidah syari'at Islam yang menyatakan:

"Ashal (pokok/dasar) perbuatan adalah terkait dengan hukum-hukum syari'at Islam"

Nah… apakah itu urusan pakaian, cara berdandan, merayakan valentine, ataukah yang lainnya kita cari dulu hukumnya apa dan gimana Islam mengatur semua itu. Bukankah Islam itu bisa menjawab segala macam permasalahan apapun?!! So, jangan takut tidak bisa ketemu hukumnya apa… . Seorang muslim tidak akan pernah berkiblat ke Paris, Amrik, Jepang, dll. Kiblatnya adalah Islam.

Kalau kita fahami nash-nash syara' yang lebih dalam lagi, akan kita dapati aturan yang lebih tegas lagi terhadap masalah ini, antara lain firman Allah SWT :

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertnggung jawabannya." (TQS Al Isra':36)

Juga firman Allah SWT :

"… Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu (keterangan-keterangan), sesungguhnya kamu kalau demikian termasuk golongan orang-orang dholim." (TQS Al Baqarah"145)

Tidak bolehkah kita mengambil, atau meniru atau menggunakan alat- alat yang diproduksi oleh orang Barat? Bukankah pesawat, televisi, komputer, robot, paku, kancing, kain dan masih banyak lagi barang- barang yang dibikin oleh orang-orang barat atau orang kafir yang lain yang tidak kita buat? Apa kita sama sekali tidak boleh mempergunakannya atau memakainya?

PERADABAN, APA ITU?
Kalau kita mau mencermati dengan teliti kehidupan yang kita (manusia) jalani, maka kita akan sampai pada suatu kesimpulan bahwa kita adalah suatu komunitas yang beradab, yang berbeda dengan makhluk-makhluk lain seperti hewan ataukah tumbuhan. Kita punya peradaban, sedang hewan atau tumbuhan tidak. Dengan peradaban itu, kita bisa membedakan satu kaum dengan kaum yang lainnya, juga satu bangsa dari bangsa lainnya. Karena peradaban itu adalah suatu ide/pemahaman tentang kehidupan, yang antara satu bangsa/umat/kaum itu berbeda satu sama lainnya. Peradaban ini sendiri bersifat khas (bagi suatu umat/bangsa/kaum), sesuai dengan pandangan hidup yang dianutnya, seperti ide/pemahaman bahwa Yesus adalah juru selamat manusia yang diyakini oleh orang Nashrani atau ide menjadikan manfaat sebagai azas dalam menjalani kehidupan yang dimiliki oleh orang-orang kapitalis.

Namun demikian, kalo kita juga mencermati dengan seksama, ternyata ada komponen lain yang juga senantiasa akan menyertai kehidupan manusia. Komponen itulah yang kita sebut dengan benda- benda/alat-alat. Contohnya, manusia butuh piring untuk makan, butuh alas kaki untuk melindungi kakinya, butuh baju untuk melindungi badannya atau butuh rumah untuk berlindungnya dari panas dan hujan. Nah…benda-benda itu ternyata kalo kita cermati, adakalanya bersifat khas, tapi adakalanya dia bersifat umum untuk seluruh manusia. Bentuk-bentuk benda yang dipengaruhi oleh ide/ pemahaman tentang kehidupan ini, semacam patung Yesus, Kalung swastika, baju biarawan/biarawati, adalah contoh-contoh benda yang bersifat khas. Sedangkan bentuk-bentuk benda yang dihasilkan oleh kemajuan sains dan perkembangan teknologi/industri. Semisal televisi, pesawat, komputer dan lain-lain.

Perbedaan antara ide dengan benda-benda ini harus senantiasa kita perhatikan, sebagaimana kita juga harus senantiasa memperhatikan perbedaan antara bentuk-bentuk benda yang dipengaruhi oleh suatu ide tentang kehidupan yang tertentu, dengan bentuk-bentuk benda yang dihasilkan oleh sains dan teknologi/industri.

Karena disitulah nantinya yang akan membedakan hukum dari penggunaan benda-benda tadi. Kalo kita menggunakan benda-benda yang bersifat 'aam (umum) ini tidaklah menjadi masalah karena memang bersifat umum, namun tidak demikian halnya dengan benda- benda yang bersifat khas seperti kalung patung Yesus atau patung Budha ataupun simbol NAZI, maka kaum muslimin dilarang dan diharamkan untuk memakainya. Demikian juga, kita tidak boleh mengambil atau melakukan upacara-upacara adat atau budaya- budaya suatu kaum yang itu merupakan manifestasi dari pemahaman kaum tersebut tentang kehidupan yang berbeda dengan Islam, kaya' upacara ngaben, natalan, imlek, melarung sajen ke laut untuk tolak bala dan sebagainya. Karena jelas-jelas peradaban yang dihasilkan dari ide dasar yang bertentangan dengan Islam itu pasti akan bertentangan pula dengan peradaban Islam, baik dari segi asasnya, pandangannya terhadap kehidupan maupun dari arti kebahagiaan hidup bagi manusia.

Demikian juga halnya dengan benda-benda yang dipengaruhi oleh peradaban ghoiru (selain) Islam seperti pakaian yang menunjukkan identitas/ciri khas kekafiran dan hanya dipakai oleh orang kafir, maka tidak boleh dipakai oleh seorang muslim (seperti baju pendeta, baju biksu, dan sebagainya). Sebab pakaian semacam itu menyandang pandangan hidup tertentu. Akan tetapi kalo' tidak demikian, yakni jika pakaian tersebut telah menjadi kebiasaan dalam berbusana dan tidak dianggap khusus sebagai pakaian khusus orang kafir, tapi cuman dipakai untuk sekedar memenuhi kebutuhan atau pemanis busana, maka dalam hal ini pakaian tersebut termasuk dalam jenis bentuk-bentuk benda yang bersifat umum dan boleh dikenakan.

Menggunakan benda-benda yang umum tidak masalah karena sifatnya umum, berbeda sama yang khas…, kaum muslimin dilarang untuk memakai/ menggunakannya kalau dipengaruhi sama ide/ pemahaman tertentu tentang kehidupan selain Islam.

Dalil mengenai hal ini Rasullah saw bersabda :

"Barang siapa meniru-niru suatu kaum, maka dia termasuk golongan kaum tersebut." (HR. Abu Dawud & Ibnu Abi Syaibah).

"Janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi dan Nasrani…." (HR. Tirmidzi)

Seharusnya sebagai seorang muslim standart kita adalah Islam … Islam is my way of life. Ibnu Khaldun (hehe, seperti nama ana), seorang cendekiawan muslim ahli sosiologi terkemuka pernah berkata: "Yang kalah cenderung mengekor yang menang, dari segi pakaian, kendaraan, bentuk senjata yang dipakai, malah meniru dalam setiap cara hidup mereka, termasuk di sini adalah mengikuti adat istiadat mereka, bidang seni, seperti seni lukis dan seni pahat (patung berhala), baik di dinding- dinding, pabrik-pabrik atau rumah-rumah."

Kalau kita pahami kondisi umat Islam saat ini sesuai dengan pernyataan Ibnu khaldun. Padahal jelas bahwa tujuan hidup kita hanya untuk meraih ridlo Allah, so apa yang kita lakukan haruslah sesuai dengan aturan-aturan Allah.

Nah.. mulai sekarang hentikan budaya mengekor Barat. Tunjukkan kalau kita sebagai generasi muslim yang mewarisi risalah Islam yang dulu pernah menjadi 'the best generation' …'the best ummah'. So menjadi generasi 'bebek'…? Enggak lah yauw…!!!

Hikmah Hari Ini.............

Bismilahirohmannirohim,

Alhamdu lillahi robbil 'alamin

Allohuma Sholi ‘ala sayyidina Muhammad…

Sobatku semua.....

Semoga kita senantiasa bisa mensyukuri atas kemuliaan yang kita terima dari Allah, dengan menjaga dan meningkatkan taqwa kita kepada allah sehingga keluarga kita sakinah, mawadah, dan rohmah. Dan Semoga rejeki kita dilimpah-limpahkan oleh Allah SWT, untuk kita gunakan sebagai bekal ibadah, dapat digunakan untuk ziarah ke mekah medinah, dan semoga kita meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Amin.

Memandang kondisi yang terjadi dewasa ini, Yang pertama, saya menilai alangkah apologisnya kita sekarang ini. Masyarakat sekarang ini tidak hanya sekedar apriori, tapi sudah pada tahap apologis, masyarakat tidak lagi peduli apa-apa yang terjadi. Masyarakat sudah terlalu lelah dan capek memikirkan permasalah-permasalah yang mereka hadapi.

Coba kita lihat di pemberitaan-pemberitaan di mass media, koran, televisi, radio, siapa yang harus kita percaya, yang benar itu siapa ? Pemerintah-kah , Para Wakil Rakyat-kah, ataukah ” Rakyat ” nya ? ( yang dimasud rakyat disini sangat sumir, karena setiap orang selalu mengatasnamakan demi rakyat, padahal yang disampaikan itu hanya suara pribadi atau paling banter suara sekelompok orang saja ).

Sebagian besar Masyarakat kita sudah tidak peduli.

Selain itu coba kita lihat, sepertinya apabila kita menghadapi masalah, ramainya itu paling lama hanya dalam hitungan minggu. Perhatikan kemarin kita mendengar gencarnya berita tentang Pak Antasari Ketua KPK yang tersandung kasus pembunuhan, sekarang sudah tidak terdengar beritanya lagi. Kemarin dulu tentang wabah flu burung, wabah antrak, dan lain-lain wabah penyakit, dulu begitu gencar di beritakan. Sekarang sudah tidak ada yang peduli lagi. Kenapa demikian ?

Yang kedua, masyarakat kita ini tidak lagi sekedar egois, tapi sudah meningkat pada egosentris yang sifatnya duniawiyah.

Misal suatu saat seorang suami baru saja pulang dari kerjanya, kemudian dia langsung mandi, ganti baju, memakai minyak wangi, bersisir, dan kemudian dia pergi keluar rumah lagi.
Kira-kira apa yang dipikir oleh si istri ?

Wah Suamiku pasti akan menemui wanita lain ! Atau dalam pikirannya koq tumben suamiku ini !!.

Tidak berhenti disitu, kemudian, setelah si suami pergi, kira-kira apa yang akan dilakukan si Istri ?

Bisa jadi dia kan menggeledah pakain suami yang dipakai tadi, kalo-kalo ada petunjuk perselingkuhan !

Kondisi semacam itu ternyata juga dialami oleh Rasulullah SAW.

Suatu ketika Rasulullah SAW, Pulang ke rumah salah satu Istri Beliau, yaitu Aisah RA. Tanpa berbasa-basi beliu langsung berganti pakain yang bagus dan pergi lagi. Melihat hal itu Aisah Curiga dan sedikit cemburu, jangan-jangan Beliau Rasulullah akan beralih ke istri yang lain. Oleh karenanya Beliau Aisah mengikuti kemana perginya Rasulullah SAW.

Ternyata beliau kemasjid dan melakukan sholat. Aisah menunggu cukup lama dan melihat bagaimana lamanya Rasulullah SAW bersujud, sampai dikira mati.

Sesampai di rumah Rasulullah SAW, bertanya kepada Aisah, kenapa kamu curiga ?

Dijawab oleh Aisah : ” Alangkah sangat dekatnya Engkau dengan agamamu, sedangkan aku sangat dekat dengan duniawi ”
Kemudian dijelaskan oleh Rasulullah :

Tadi tatkal aku tiba dan berganti baju, Jibril datang dan memberi tahuku ” Wahai Muhamad SAW, ini adalah malam lailatul nisfu sa’ban. Allah memerdekaan manusia-manusia dari neraka sebanyak tak terhitung jumlahnya, sehingga alangkah baiknya bila Engkau Muhammad SAW. mendoakan mereka. Oleh karena itu do’a yang kaudengar tadi lakukanlah dan ajarkanlah. Wahai Aisyah karena malam ini lalitul syakban, saya mohon ijin untuk sholat ( Al Hadist ).

Dari ilustrasi ini nampak bahwa Rasulullah SAW, itu sangat sayang kepada istri dan putranya, tapi juga sangat keras dalam hal Agama.

Apa yang kita ambil dari ilustrasi itu ?, ternyata kita ini selalu berpikir dan bertindak berdasar kepentingan sendiri, selalu memandang dari sudut pandang kepentingan diri sendiri.

Itulah yang disebut egosentris. Dan ini cukup memprihatinkan di kehidupan kita sehari-hari.

” Barang siapa yang mengajak-ajak kejalan hidayah, maka bagi dirinya mendapatkan pahala sama dengan orang-orang yang turut mengikuti ajakan-ajakan kebaikan tadi. Dan dari pahala orang-orang yang mengikuti ajakan kebaikan tersebut tidak terkurangi sedikitpun. Sebaliknya barang siapa yang mengajak kejalan yang salah maka bagi dirinya mendapatkan dosa dari mengajaknya dan juga menanggung dosa orang-orang yang mau diajak berbuat dosa dimaksud, dan dosannya orang-orang yang hanya mengikuti tidak dikurangi sedikitpun ”
Mari kita saling mengingatkan dalam hal kebajikan.

Terima kasih, semoga Allah meridhloi kita. Amin.

Wassalamu'alikum Wr.wb.

5 Syarat untuk melakukan Maksiat

Kisah seorang pemuda yang gemar melakukan Maksiat kepada Allah..

Pada suatu hari pemuda itu didatangi rasa kerisauan di atas tabiatnya yang suka melakukan kemaksiatan, lantas pemuda itu pergi berjumpa ahli sufi iaitu Ibrahim bin Adham.

Maka berkatalah pemuda itu kepada Ibrahim perihal dosanya dan kerisauannya di atas maksiat yang beliau telah lakukan..

Maka Ibrahim lantas memaklumkan kepada pemuda itu yang dia boleh melakukan maksiat sekiranya pemuda itu boleh memenuhi 5 syarat berikut, lantas pemuda itu berkata kepada Ibrahim yang hajat kedatangannya untuk mencari penyelesaian akan dosa maksiat yang dilakukannya, bukan untuk meneruskan kemaksiatannya.

Maka Ibrahim memberitahu pemuda berkenaan tentang 5 syarat berikut:-

Ibrahim : Syarat pertama jika kamu ingin berbuat maksiat, 'Jangan makan walau secubitpun rezeki yang Allah turunkan kepadamu'

Pemuda : Mana mungkin wahai Ibrahim kerana setiap makanan dan minuman yang ada di bumi ini adalah daripada Allah.

Ibrahim : Syarat kedua, jika kamu ingin berbuat maksiat, jangan kamu tinggal di bumi Allah ini

Pemuda : wahai Ibrahim, ke mana harus aku pergi sedangkan seluruh langit dan bumi adalah kepunyaanNya

Ibrahim : Syarat ketiga, carilah tempat persembunyian yang tidak dinampak oleh Allah untuk kamu melakukan maksiat.

Pemuda : wahai Ibrahim, sesungguhnya Allah itu Maha Melihat

Ibrahim : Syarat ke empat, Jika Malaikat Maut datang kepadamu untuk mencabut nyawa, katakanlah kepadanya, 'Nanti dulu wahai Malaikat Maut, aku belum bertaubat kepada Allah'.

Pemuda : Adakah aku tahu dan sedar bila nyawaku akan di ambil?

Ibrahim : Syarat yang akhir sekali, jika Malaikat Zabaniah ingin menghumban kamu ke dalam Neraka, katakanlah kepadanya, 'Aku tak ingin masuk Neraka, letakkanlah aku ke dalam Syurga'.

Jika kamu dapat penuhi 5 syarat berikut, maka kamu bebas untuk melakukan maksiat kepada Allah.

Justeru itu maka menangis dan meraunglah akan pemuda itu atas dosa yang telah dilakukannya, maka pemuda itu telah bertaubat kepada Allah dengan taubat Nasuha bersaksikan oleh Ibrahim bin Adham.

Masihkah kita ingin berbuat maksiat ???

Menghina Sang Pencipta, Namun kadang seringkali kita tak menyadarinya.

Sebagai saudara, teman atau tetangga, biasanya jika ada yang melahirkan maka berbondong-bondong lah kita untuk datang dan mengucapkan selamat. Karena anak karunia Allah dan sekaligus tertitip harapan di hati semoga menjadi orang yang shalih dan sholeha.

Menimang sang bayi dan mendo’akannya. Merupakan kebiasaan yang baik. Tapi kadang perbuatan baik tersebut ternodai dengan kata ( maksudnya hanya canda ) yang tidak seharusnya keluar dari mulut kita.

“Kok anaknya jelek? Tidak seperti ibunya.” Atau kata, “ Anaknya cakep, ayahnya jelek, keturunan darimana ini?” Atau, “hidungnya mancung, tapi…”

Banyak lagi kata yang biasanya ditanggapi dengan senyum atau tertawa yang menandakan, bahwa yang disinggung tak merasa itu sebuah kejelekan. Karena memang kata-kata itu sepertinya sudah lumrah untuk dikatakan oleh sebagian orang setiap bertemu dengan anak-anak. Tak ada masalah, karena yang melempar dan dilempar kata sama-sama maklum.

Padahal siapa sih yang ingin jelek? Semua orang pasti ingin berwajah cantik atau ganteng. Ingin postur tubuh atau secara fisik sesuai dengan standar apa yang berlaku di mata kita. Tidak ada yang ingin dikatakan jelek atau kurang baik. Apa yang ada di tubuh kita atau bentuk apa pun yang kita miliki inginnya itu lah yang terbaik nilainya di hadapan orang lain. Tapi kita ( sebagian orang ) sering kali terlupa, bahwa apa pun yang kita punyai atau pun orang lain miliki, semuanya adalah diciptakan sesuai dengan “kemauan” sang Pencipta tubuh kita. Kita tidak berhak memberi nilai minus untuk setiap ciptaan-Nya. Karena semuanya pasti ada hikmah yang tersembunyi.

Mari kita buka kembali lembaran suci Al-Qur’an dan lihat lah firman Allah Swt. pada surah Al-‘At-Tiin ayat 4 , “ Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Allah sendiri memuji ciptaan-Nya dan kita sebagai hamba yang sering kali membacanya, tapi kadang lupa dengan terpleset lidah. Kita tak menyadari, sedikit demi sedikit hal negatif dari lingkungan kita tertanam di otak, dan menyadari itu ada hal yang wajar. Alias semuanya tahu, itu hanya canda.

Padahal canda atau apapun kata yang dikeluarkan dengan tujuan membuat segar suasana, tidak seharusnya kita menghina Allah ( walau tak menyadari ). Walau lingkungan menganggap itu biasa, tapi bagi kita yang beriman, tidak seharusnya terikut arus “pembiasaan” . Karena perbuatan itu tak seharusnya turut kita lakukan. Dan perbuatan yang kurang terpuji itu, bila sangat memungkinkan harus kita “cerahkan” dengan memberikan alasan yang bisa mereka terima dengan baik.

“.. saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran”. ( Al-‘Ashr – ayat 3 )

SEMOGA BERMANFAAT

Cincin Nasrudin Yang Hilang

Cerita ini sangat terkenal dalam humor sufi...

Suatu ketika orang mendapati Nasrudin sedang mondar-mandir sambil melihat-lihat ke tanah di sekeliling rumah, seperti mencari-cari sesuatu yang hilang. Tetangga-2nya mendekatinya dan bertanya,
"Mencari apa Nasrudin?"
"Oh, saya mencari cincin saya yang hilang", jawab Nasrudin.
"Kalau begitu, kami bantu mencarikan", tetangga-tetangga itu menawarkan.

Kemudian tetangga-tetangga Nasrudin beramai-ramai membantu Nasrudin mencari cincin itu. Makin lama makin, banyak. Namun hingga menjelang sore, tetap saja cincin itu tidak ketemu. Penasaran, salah seorang bertanya,
"Nasrudin, sebenarnya di mana cincin itu hilang?"
"Di dalam rumah.."
"Lho, kenapa mencari di luar rumah?", tanya orang itu sambil marah.
"Karena di rumah gelap, jadi saya cari di luar yang terang..."

????????

Mungkin kita, akan berkomentar; Goblok! Bodoh! Nggak punya akal! Atau bahkan memaki dengan "Otak Kerbau", "Gila" atau "Sinting" kepada Nasrudin...

Namun anehnya, sesungguhnya kita sering melakukan hal yang sama dengan Nasrudin untuk hal yang jauh lebih berharga daripada sekedar Cincin. Kita hidup di dunia adalah mencari kebahagiaan, ketenangan, ketentraman. Kita juga sebagai Muslim tahu dan yakin, bahwa kebahagian itu ada dan tumbuh di dalam hati kita, di dalam dada kita. Seperti kata Rasulullah SAW, "Taqwa itu di dalam sini", sambil menunjukkan dadanya.

Kita yakin bahwa membangun kebahagiaan adalah dengan membersihkan, memperindah dan menanam isi hati kita, bukan di luarnya. Kita yakin, ketakwaan, kecintaan kepada Allah adalah yang akan menentramkan dan mendatangkan kebahagiaan, "fiddunya wal akhirat".

Namun sayangnya, yang kita lakukan tidaklah seperti yang kita yakini... Kita lebih sibuk untuk mencari di luar hati kita. Kita lebih semangat untuk mengejar kekayaan, prestise, harga diri, dan keinginan untuk dianggap pintar, cerdas, apalagi alim dan sholeh.

Padahal kita yakin, bukan itu yang menyebabkan kebahagiaan. Namun mengapa kita (terutama saya) lebih memilih untuk mengejar semua yang "di luar itu", daripada sibuk untuk memperbaiki apa yang di dalam (hati)? Mengapa saya lebih suka dianggap cerdas, sukses, kaya, apalagi plus alim dan shaleh, daripada karena lebih banyak membersihkan dan menggali kekayaan batin kita?

Bukan kita sama dengan Nasrudin, bahkan untuk hal yang lebih penting dari sekadar cincin...
Astaghfirullah.........

*Pustaka Hikmah